Kamis, 26 Januari 2017

Hasil Diskusi Bulan Januari 2017

 menangkal radikalisme sara dengan islam nusantara


        Diskusi ini bertujuan untuk mengambil sikap mahasiswa terhadap berkembangnya isu sara yang terjadi di negeri ini pada akhir-akhir ini, SARA yang berarti kepanjangan dari suku, agama, ras, antar golongan. Sara menjadi topik inti dalam diskusi kali ini, diskusi berjalan sedikit seret walaupun sudah di bekali bahan untuk diskusi ternyata beberapa dari peserta diskusi tidak mempersiapkan bahan untuk berdiskusi dan akibatnya diskusi berjalan sedikit ngalor ngidul, 

Radikalisme radik yang berarti akar dan kami berkesimpulan akar dari kita ini sangat bermacam-macam mulai dari akar agama, akar politik, akar budaya dan dll. Kebanyakan dari kita hanya mengambil akar-akar yang buruk dari diri kita, padahal ada juga akar-akar yang baik yang ada dalam diri kita, kemudian sara, kami menggangap sara adalah suatu hal yang menyakitkan, dan dapat menimbulkan konflik, dan bagaimana cara kita sebagai mahasiswa menangkal hal-hal yang berbau sara itu? sebenarnya dalam menyikapi isu sara itu kembali ke diri kita masing-masing bagaimana cara kita membentengi diri dari hal yang berbau sara itu sendiri. kita bisa menggangap apa yang di lakukan oleh seseorang itu menyinggung sara karena tidak sepaham dengan pemikiran kita, jika kita menerima perbedaan atau pendapat orang lain dengan legowo maka tidak akan ada yang namannya konflik yang di timbulkan kata salah satu peserta diskusi

Sara sering kali menjadi isu utama penyebab konflik dan di anggap radikal dan keras, walaupun beberapa dari hal yang di lakukan itu memang benar tetapi jika itu di ungkapkan dengan cara yang salah maka hal tersebut dapat menimbulkan konflik sara, niat yang baik harus di capai dengan cara yang baik begitulah seharusnya.

Kemudian yang menjadi bahasan dalam diskusi ini adalah terkait fatwa-fatwa yang bermunculan mulai dari para ulama', tokoh masyarakat, smpai ke fatwa yang muncul dari MUI dalam diskusi ini bahwa fatwa itu tidak bisa di jadikan dasar hukum melainkan hanya boleh kita jadikan acuan, tetapi tidak masyarakat malah yang terjadi fatwa itu di jadikan dasar hukum, bahkan sampai di kawal segala. padahal yang bisa kita jadikan dasar hukum adalah alquran dan hadis dalam hal ini, seperti yang di katakan gus mus fatwa kok di kawal, dasarnya kitab apa? 

Islam nusantara di gambarkan sebagai wajah islam di tanah indonesia dan tidak bisa di samakan dengan islam yang ada di arab, kita sebagai masyarakat indonesia harus menyesuaikan diri kita seperti halnya wajah nusantara yang cinta damai, saling menghargai perbedaan. jangan sampai isu sara yang menyangkut ras dan agama yang berkembang di masyarakat saat ini menjadikan konflik seperti halnya yang terjadi di ambon pada tahun 1999 silam. Lemahnya agama menjadi salah satu sebab terjadinnya radikalisme belajar agama yang setengah-setengah, kita sebagai mahasiswa yang berada di lingkungan pondok pesantren mungkin sedikit lebih aman atas pengaruh-pengaruh ajaran yang radikal terlebih kita di ajarkan islam yang toleran, dan moderat menggingat kita di bawah naungan yayasan pesantren akan sangat berbeda jika kita kuliah di kampus yang wilayahnya di tengah kota yang notabennya tidak mengedepankan urusan agama, mungkin isu sara dan radikalisme sangat mudah mengerogoti mahasiswa jika tidak memiliki benteng agama yang kuat.

selain faktor agama faktor ras dan suku juga sering menjadi penyebab konflik yang paling terkenal adalah tragedi sampit antara madura dan suku dayak di kalimantan penyebab konflik tersebut di dasari banyak faktor salah satunnya adalah faktor sara, maka dari itu isu sara sangatlah sensitif.

kemudian faktor politik yang gencar pada akhir tahun 2016 terkait ucapan ahok yang di duga menistaakan agama yang berujung demo besar-besaran, kemudian berlanjut ke kasus habieb rizieq yang melecehkan pancasilla dalam suatu rekaman pengajian yang menimbulkan kegaduhan di masyarakat dan bisa berujung konflik, dan banyak yang mengatakan banyak unsur politik dalam kedua kasus ini.

kita bisa belajar pada rosullulloh yang begitu menjunjung tinggi perbedaan, islam hadir sebagai rahmatallilalamin bukan rahmatal lilmuslimin, jadi rahmat tuhan tidak hanya untuk orang muslim saja melainkan ke segalannya. jadi jangan mudah terprovokasi hanya karena kita beda pendapat, beda golongan, ras, agama, dan suku. yang bisa mencegah paham radikalisme dan sara adalah kita sendiri, tidak mudah terprofokasi, tidak mudah sakit hati dan menggangap segala sesuatu bukan dalam satu sudut pandang, pandangan dari sisi positif harus di kedepankan,

kami menyimpulkan bahwa penyebab timbulnya radikalisme sara di indonesia sangat kompleks kami menyimpulkan ada 4 suku, ras atau golongan, agama, dan juga politik. Dengan islam nusantara mari kita jaga perdamaian dan kerukunan.

-notulen

Tidak ada komentar: